Sejarah Tragedi Cikini 1957: Kala Nyawa Bung Karno Terancam Granat
SEAToday.com, Jakarta - Percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump menghebohkan seisi dunia pada 14 Juli 2024. Kandidat Capres dari Partai Republik itu ditembak orang tak dikenal kala melakukan kampanye di Pennsylvania. Tembakan melukai telingganya dan Mantan Presiden AS itu segera dievakuasi.
Upaya percobaan pembunuhan terhadap pemimpin negara bukan monopoli Trump saja. Presiden Soekarno pernah mengalaminya. Ia pernah dilempar granat oleh lawan politiknya saat berkunjung ke Perguruan Cikini. Peristiwa itu dikenal luas sebagai Tragedi Cikini 1957. Begini kisahnya.
Nyali Bung Karno membawa Indonesia merdeka tak dapat dianggap remeh. Ia seraya mengorbankan seluruh hidupnya supaya Indonesia merdeka. Ia rela di penjara. Rela pula diasingkan ke Ended an Bengkulu.
Hukuman itu dianggapnya sebagai bagian dari risiko perjuangan. Perjuangan itu membawakan hasil. Soekarno bersama Mohammad Hatta mewakili segenap kaum bumiputra mempersembahkan Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pekikan merdeka sekencang-kencangnya berkumandang pada 17 Agustus 1945. Namun, peristiwa itu nyatanya bukan puncak perjuangan. Indonesia yang baru berumur seumur jagung mendapatkan ancaman dari penjajah Belanda.
Negeri Kincir angin itu ingin menguasai Indonesia kali kedua. Mereka mulai meneror tokoh bangsa dengan panji Pemerintahan Sipil Hindia Belanda NICA. Upaya percobaan pembunuhan terhadap Soekarno pernah dilakukan.
Mobilnya pernah diberondong oleh peluru serdadu NICA. Soekarno beruntung bisa selamat dan segera memindahkan pusat kuasa ke Yogyakarta.
“Ternyata mobil Bung Karno sudah ringsek, dirusak oleh serdadu-serdadu NICA yang marah-marah. Ban-ban mobil itu pun kemps dan robek-robek, rupanya ditusuk-tusuk dengan bayonet. Mobil itu lumpuh, tak dapat berjalan lagi,” ungkap dokter pribadi Soekarno-Hatta, R. Soeharto dalam buku Saksi Sejarah (1984).
Ancaman percobaan pembunuhan pun tak lantas berhenti. Bedanya percobaan pembunuhan tak lagi datang dari penjajah Belanda. Sebab, Belanda sudah paripurna mengakui kedaulatan Indonesia pada 1949. Ancaman justru muncul dari lawan politik dan kelompok pembenci Soekarno.
Bung Karno ke Perguruan Cikini
Bung Karno pernah dengan bangga menyanggupi undangan dari kepala Sekolah Rakjat Cikini atau Perguruan Cikini (SD,SMP, SMA) untuk hadir dalam Hari Jadi Perguruan Cikini yang ke-15. Bung Karno pun menyempat datang pada 30 November 1957.
Presiden Indonesia itu senang-senang saja datang. Ia dikawal menuju Cikini dengan mengendarai mobil Chrysler Crown Imperial berpelat nomor RI 1. Kedatangan Bung Karno mendapat perhatian dari seluruh pengunjung dan tamu undangan.
Bung Karno sendiri senang-senang saja datang. Apalagi, kedua anaknya Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri yang notabene bersekolah di Perguruan Cikini ikut andil bagian dalam bazar. Mas Tok (sapaan Guntur) bertugas jaga wahana permainan. Adis (sapaan Megawati) jaga pameran.
“Bung Karno berkeliling di stand bazar hingga ke belakang sekolah dan menjadi perhatian orang-orang di situ. Bahkan, saya masi ingat Bung Karno mencoba menembak senapan angin di stand ketangkasan menembak berhadiah. Ketika itu Bung Karno tentu banyak dikerubungi oleh anak-anak, termasuk saya,” ungkap saksi mata Tragedi Cikini, Firman Lubis dalam buku Jakarta 1950-1970 (2018).
Sepanjang Bung Karno berkeliling selalu dikerumi oleh pengunjung bazzar. Mereka rata-rata penasaran dengan raut wajah dari Bung Karno. Mereka sebelumnya tak pernah melihat langsung Bung Karno. jika melihat paling-paling lewat poster atau Koran.
Granat Meledak
Kunjungan Bung Karno pun berakhir pada pukil 21:00. Bung Karno segera menuju halaman depan yang sontak diikuti oleh banyak orang. Bung Karno ingin segera masuk ke mobil kepresidenan hadiah dari Raja Arab Saudi saat ia naik haji pada 1955.
Pintu mobil sudah buka. Namun, Bung Karno masih saja belum masuk dan sibuk menyapa pengunjung. Petaka pun muncul. Orang-orang tak dikenal melemparkan granat ke kerumunan, halaman sekolah, mobil, dan ke pengawal Bung Karno.
Bom itu bak sengaja diarahkan untuk membuat kepanikan dan membunuh Bung Besar. Granat meledak di antara anak-anak beserta orang tua yang tak berdosa. Total Sembilan orang tewas. Tujuh tewas ditempat dan dua orang tewas saat di bawah ke rumah sakit.
Mereka yang menjadi korban luka-luka mencapai puluhan orang, luka parah hingga ringan. Bung Karno, Guntur, dan Megawati pun selamat. Mereka segera dikawal oleh Datasemen Kawal pribadi (sekarang Paspamres) untuk keluar dari kerumunan dan menuju tempat aman.
DKP tak membiarkan Bung Karno berlindung ke dalam mobil. Jikalau berlindung di dalam mobil boleh jadi Bung Karno telah tiada karena mobil hadiah Raja Arab Saudi hancur lebur.
“Ibu bersyukur karena Bung Karno, Bujang, dan Adis selamat tak kurang suatu apa. Sebaliknya Ibu sedih dan sengat prihatin mendengar banyak korban, beberapa di antaranya anak-anak yang ikut terbunuh dan puluhan orang luka berat maupun ringan,” cerita Kadjat Adra’i dalam buku Suka Duka Fatmawati Sukarno (2008).
DKP lalu menghubungi Fatmawati yang memang berencana datang terlambat.mereka meminta istri Soekarno mengurungkan niatnya ke Perguruan Cikini karena kondisi mencekam. Fatmawati pun berdoa untuk keselamatan suami dan anak-anaknya.
Fatmawati mengutuk kepada siapa saja dalang dari percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno. Belakangan Bung Karno merasa yakin bahwa aktor intelektual dari semuanya adalah Kartosowiryo yang notabene temannya semasa mondok di rumah H.O.S. Tjokroaminoto. Keduanya memang berseberangan paham.
“Karena seorang fanatik yang ingin membunuhku, banyak yang harus kehilangan nyawanya. Dan karena itu aku membubuhkan tanda tangan menghukum mati Kartosuwiryo,” tegas Bung Karno ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014).
Bung Karno pun menginstruksikan kepada jajarannya untuk mengejar pelaku pengeboman. Dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, empat komplotan pengeboman ditangkap. Mereka adalah Jusuf Ismail, Sa’idon bin Muhammad, Tasrif bin Husein, dan Moh. Tasin bin Abubakar.
Keempat dianggap tak menyukai kebijakan Bung Karno yang menjadikan komunisme bak penyelamat bangsa Indonesia. Sebagai bentuk ketidaksetujuan, aktivis Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) melakukan percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno.
Percobaan pembunuhan itu menjadi bukti bahwa hakekat seorang manusia sudah tentu tak bisa menyenangkan semua pihak. Pergolakan batin itu pernah terjadi dalam kehidupan seorang Soekarno. Ia tak bisa memaksa banyak orang untuk menyukai gaya memimpinnya.
Recommended Article
News Update
Erick Thohir Officially Inaugurates New Board for Indonesian Futs...
The formation of the new management for these two federations under PSSI aims to align all stakeholders related to football in Indonesia.
BAZNAS to Build Hospitals, Mosques, Schools in Gaza Recovery Prog...
The funds to be used are the donation funds that are still being held for the Palestinian people. According to him, the donation for Palestine titled “Membasuh Luka Palestina”
Ngurah Rai Airport Expands Access to Nusantara via Balikpapan wit...
General Manager of PT Angkasa Pura Indonesia I Gusti Ngurah Rai Airport Ahmad Syaugi Shahab in Denpasar, on Wednesday (11/20), said this route adds connection opportunities to the State Capital of the Archipelago.
Minister Yusril Clarifies: Mary Jane Veloso Transferred, Not Rele...
Yusril explained that the Indonesian government had received an official request from the Philippine government regarding the transfer of Mary Jane Veloso. The transfer can be carried out if the conditions set by the Ind...
Trending
- # Daily Update
- # Regional
- # Nasional
- # Internasional
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).