Kisah Bung Hatta Kuliah di Belanda: Tak Ada Beasiswa, Student Loan Pun Jadi
SEAToday.com, Jakarta-Belakangan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di perguruan tinggi negeri picu polemik. Pendidikan tinggi seraya dipaksa tersedia bagi kalangan berpunya saja – kaya raya. Kondisi di lapangan justru banyak ditemukan orang tua mahasiswa yang berada dalam kriteria ekonomi pas-pasan.
Inisiasi student loan (pinjaman mahasiswa) lalu diyakini sebagai solusi. Pemerintah berencana menghadirkan skema cicilan terjangkau bagi mahasiswa. Namun, konsep student loan bukan hal baru. Tokoh bangsa, Bung Hatta pernah menikmati student loan saat berkuliah di Belanda. Begini ceritanya.
Kehidupan Mohammad Hatta selalu menarik diperbincangkan. Pria kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 itu dikenal sebagai figur yang lurus. Ia mampu menyelesaikan pendidikannya di Minangkabau dan Prins Hendrikschool (PHS) Batavia (sekarang: Jakarta) secara terukur.
Ia tak punya masalah besar terkait uang sekolah dan segala macam. Hatta ditugaskan keluarganya untuk menuntut ilmu. Urusan bayaran jadi tanggung jawab keluarga – termasuk pamannya Mak Etek Ayub.
Kebutuhan belajar Hatta dicukupi. Buku-buku yang dibutuhkan Hatta dibeli. Hatta sampai memiliki waktu tetap untuk urusan baca buku. Buku-buku non-pelajaran dibaca pada sore hari, jam empat atau lima. Buku-buku pelajaran dibaca di malam hari.
“Hal ini –bertukar pikiran-- ternyata sangat disukai oleh Ayub Rais, sehingga Hatta sangat disenangi oleh pamannya tersebut. Karena ia melihat Hatta anak yang cerdas dan luas pengetahuannya, dia sering membelikan buku-buku untuk Hatta, bahkan pamannya itu berjanji akan menyekolahkan Hatta ke negeri Belanda,” tegas Anwar Abbas dalam buku Bung Hatta dan Ekonomi Islam (2010).
Kondisi keuangan yang meyakinkan menuntun mimpi Hatta melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda. Mulanya Mak Etek Ayub menyanggupi pembiayaan selama Hatta menuntut ilmu. Namun, belakangan Hatta memilih untuk mengejar beasiswa.
Hatta Cari Beasiswa
Keinginan itu dilakukan supaya Hatta dapat jadi bagian dari Sekolah tinggi ilmu ekonomi di Rotterdam, Nederlandsche Handels-Hoogeschool. Hatta memang mendapatkan beasiswa dari Van Deventer Stichting, Yayasan Van Deventer.
Beasiswa itu mulanya diberikan untuk studi selama dua tahun -- berubah menjadi tiga tahun. Masalahnya beasiswa baru cair setelah Hatta berada di Belanda. Situasi itu memaksa Hatta menggunakan tabungan sendiri untuk membiayai keberangkatannya ke Belanda. Ia juga harus menyediakan tabungan sendiri untuk biaya hidup sementara di Belanda.
Hatta mengambil jalan itu. Ia mengawali kuliah dengan suka cita pada 1921. Hatta mengambil jurusan ekonomi perdagangan. Namun, urusan perkuliahan tak pernah mudah. Hatta yang terkenal sosok yang disiplin dan terukur justru jadi tak terprediksi.
Godaan terbesar Hatta bukan masalah uang atau foya-foya. Godaan itu datang keinginannya membawa Indonesia merdeka. Ia tergerak hatinya untuk aktif dalam berorganisasi. Ia tergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI).
Sebuah organisasi mahasiswa Nusantara di Belanda – kelak Hatta Baru terpilih jadi Ketua PI pada 1926. Kesibukannya dengan organisasi membuat kuliahnya tambah molor. Masalah itu kian parah dengan Hatta memilih pindah jurusan dari ekonomi perdagangan jadi politik ekonomi.
“Ini berakibat fatal bagi studinya, karena ia memangku posisi itu terus-menerus selama 1926-1930. Dalam posisinya ini ai harus tampil pula dalam pertemuan-pertemuan internasional, ditahan selama enam bulan di Den Haag, dan menjamin tetap terbitnya majalah Indonesia Merdeka. Selain itu, ia mengusahakan terus-menerus tetap bergeraknya roda organisasi yang ketika itu terlibat langsung dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan,” ujar P. Swantoro dalam buku Dari Buku Ke Buku: Sambung Menyambung Jadi Satu (2013).
Beasiswa ke Student Loan
Kesibukkan Hatta dalam PI membawa pengaruh besar dalam proses menimba ilmu. Ia kesulitan dalam ujian Diploma Handelseconomie (DH). Ujian tahap pertama ia mampu lolos. Namun, tidak dengan ujian tahap kedua.
Ia menyebut dirinya terburu dalam mengikuti ujian kedua. Hatta jadi tak lolos. Kegagalan itu membuat Hatta kesulitan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Ia terpaksa harus mengulang jika ingin bergelar doctorandus (Drs.).
Dilema pun hadir. Yayasan Van Deventer tak mungkin mau memberikan beasiswa tambahan. Ia terpaksa harus mencari dana pendidikan dari kantong lainnya.
Perjumpaan dengan tokoh teosofi Batavia, Van Leeuwen lalu membukakan peluang untuk mendapatkan dana pendidikan. Dana yang dimaksud berjenis student loan. Leeuwen lalu mencoba mencarikan pinjaman dana pendidikan untuk Hatta ke rekannya, M.J. Romer.
Leeuwen memandang Romer banyak mengenal organisasi sosial yang memberikan beasiswa berbasis pinjaman kepada mahasiswa seperti Hatta. Hatta mulai mengitung seluruh kebutuhannya untuk kuliah selama tiga tahun. Ia menghitungya secara rinci, utamanya urusan biaya yang tak terduga.
“Setelah dihitung-hitung bersama-sama berapa kiranya belanjaku sebulan selama tiga tahun, kami mencapai jumlah 6 ribu gulden. Belanja hidup sebulan 150 gulden, tiga tahun 5.400 gulden. Penyeluaran lainnya kira-kira 600 gulden. Seluruhnya 6 ribu gulden,” ujar Bung Hatta dalam buku Mohammad Hatta: Memoir (1979).
Dana pinjaman itu didapatkan oleh Hatta. Skema pembayaran kembali dana pinjaman baru dilakukan sata Hatta lulus dan mendapatkan pekerjaan. Pembayarannya dilakukan dengan cara dicicil, disesuaikan dengan gaji bulanan.
Dana pinjaman dimanfaatkan benar oleh Hatta. Ia berhasil lulus pada 1932. Hatta tak langsung membayar beasiswa ketika pulang ke Hindia Belanda (sekarang: Indonesia). Kesibukannya jadi pejuang kemerdekaan non-koorporatif benar-benar menyita perhatian.
Kondisi itu tak jauh berbeda saat Hatta awal Indonesia merdeka menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia. Dana pinjaman belum bisa dibayarkan karena keadaan genting, Perang Revolusi (1945-1949).
Setelahnya, atau tepat saat Belanda menyerahkan keadulatan, Hatta melunasi dana pinjaman plus bunga keterlambatan. Hatta mengirim langsung dana itu kepada Van leeuwen. Utang dana pinjaman pendidikan pun lunas.
Recommended Article
Insight Indonesia
Ministry of Religious Affairs: 2025 Hajj Departure Begins Early M...
The Ministry of Religious Affairs (Kemenag) issued a travel plan for the 1446 Hijri/2025 Hajj pilgrimage after previously deciding on the Hajj Implementation Fee (BPIH) with the Hajj Working Committee (Panja) of the Hous...
Retirement Age for Workers Rises to 59 Years as of January 2025
This retirement age will be the basis for the utilization of the pension insurance program implemented by the Employment Social Security Agency (BPJS TK).
Government Plans To Have 5000 Heads of SPPG for Makan Bergizi Gra...
The government plans to have 5,000 heads of Nutrition Fulfillment Service Units (SPPG) to manage Makan Bergizi Gratis Programme.
President Prabowo to Build School for Underprivileged and Extreme...
This program will be tested at three points in the Greater Jakarta area and will prioritize students from poor families and the extreme poor.
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).
Trending Topic
Weather Forecast
Weather Forecast for Jakarta Saturday 4 Januari 2025
BMKG predicts that Jakarta on Saturday (4/1/2025) today will only be cloudy from morning to night.
Weather Forecast for Jakarta and Around: Light Rain
The Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG) predicts that light rain will fall in several areas in Jakarta
BMKG Predicts Rain Across Major Indonesian Cities on Tuesday
Rain is expected to fall over several major cities in Indonesia on Tuesday, (12/24/2024), according to the BMKG
Rain Expected in Jakarta on Tuesday Afternoon and Evening
Light rain is forecasted to hit most areas of Jakarta on Tuesday afternoon and evening, according to the Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (BMKG),