Saat Trem Uap Jadi Biang Keladi Kecelakaan Maut Era Kolonial: Naik Ini Tentu Mati
SEAToday.com, Jakarta-Kecelakaan maut kerap terjadi di masa libur hari raya Idulfitri. Korbannya melimpah ruah. Kejadian itu seperti memutar kaset lama. Polanya sering kali sama, lalu lintas padat dan pengemudi yang mulai merasa lelah jadi penyebab kecelakaan.
Jika memutar waktu ke belakang, urusan kecelakaan maut sebenarnya sudah terjadi di era kolonial. Kecelakaan maut tak hanya terjadi di hari tertentu saja, tapi bisa tiap hari. Hal yang membedakan adalah kecelakaan bukan dipicu oleh bus, minibus, dan mobil. Lalu apa itu?
Tak banyak alat transportasi yang dapat diandalkan di era pemerintah kolonial Hindia Belanda. Alat transportasi di Batavia (sekarang: Jakarta) saja yang notabene pusat pemerintahan dan ekonomi terbatas. Rata-rata berbentuk kereta kuda dan perahu.
Kondisi itu bawa nestapa karena transportasi massal mempuni belum hadir. Sesuatu yang menentukan baru hadir pada 1860-an. Kala itu Pemerintah kolonial memberi restu trem kuda. Konsesi dipegang oleh Perusahaan Dummler & Co. dan trem kuda pertama kali beroperasi pada 1869.
Gambaran operasi dari trem kuda antara lain sebuah kereta panjang di atas rel yang ditarik oleh tiga atau empat ekor kuda. Transportasi massal itu mendapatkan pujian dari banyak pihak. Mereka yang memuji rata-rata menyebut trrm di Batavia sebagai lambang dari kemajuan zaman.
Kadang juga dianggap sebagai kemenangan manusia atas waktu. Pujian itu akhirnya rontok dengan sendirinya. trem kuda banyak bawa masalah. Lingkungan hidup di Batavia jadi kotor karena kuda buang hajat sembarangan.
Belum lagi urusan tingginya angka kuda yang mati karena operasi trem yang tak manusiawi. Empunya kuasa sempat ingin bersepakat menyuntik mati trem kuda dan menggantinya dengan trem Uap langsung.
Urusan itu tak mudah. Perusahaan Dummler & Co. tak dapat begitu saja mematikan. Kekosongan transportasi massal akan menimbulkan kekacauan. Trem uap pun dioperasikan bersama trem kuda di Batavia pada 1883.
“Sementara itu, untuk angkutan dalam kota mulai diperkenalkan trem yang dijalankan dengan tenaga uap sejak tahun 1883. Jarak yang dilayani untuk angkutan penumpang mulai dari Batavia/ stasiun BEOS (sekarang: Stasiun Jakarta Kota) – Molenvliet/ Jalan Gajah Mada – Harmoni – Waterlooplein (sekarang: Lapangan Banteng) – Senen – Kramat – Meester Cornelis,” ujar sejarawan Mona Lohanda dalam buku Sejarah Pembesar yang Mengatur Batavia (2007).
Jalur dan fasilitas trem uap telah diganti sepenuhnya pada 1884. Perusahaan Dummler & Co. mulai pula diganti pemilik konsesi yang baru Nederlandsch-Indische Tramweg Maatchappij (NITM). Bergerak membenahi kualitas pelayanan trem uap dan menghentikan operasi trem kuda secara perlahan.
Warga Batavia, mulai dari orang Eropa dan bumiputra menyambut baik kehadiran trem uap. Bunyi lonceng tanda datangnya trem uap begitu dinanti penumpangnya. Mereka merasa terbantu dengan hadirnya trem uap. Tak lama setelahnya, trem uap jadi transportasi idola warga setempat.
“Pada tahun 1882, menurut kata-kata sebuah komisi khusus dari Indisch genootschap yang terpelajar, kereta api dan rel-rel kereta kecil, yakni trem-trem juga di Hindia Belanda terbukti merupakan yang paling bermanfaat dari temuan-temuan sekarang ini, kemenangan paling mengangumkan oleh manusia atas jarak dan waktu, intensif paling kuat untuk bekerja keras, pertukaran nilai-nilai, dan peradaban,” kata Rudolf Mrazek dalam buku Engineers of Happy Land (2006).
Biang Kecelakaan Maut
Trem uap mulanya beroperasi dengan mulus. Penumpangnya terus bertambah tiap tahun. Namun, kepopuleran itu bawa masalah. Kehadiran trem uap memulai membuat jantung warga Batavia was-was saat mendengar suara lonceng.
Perasaan itu muncul karena beroperasinya trem uap yang ugal-ugalan sering kali memakan korban jiwa. Kecelakaan maut yang diakibatkan trem uap bejibun. Angka kecelakaan itu paling tinggi. Fakta itu karena hampir setiap empat jam sekali trem uap kerap memakan korban jiwa.
Korbannya bisa siapa saja. Manusia atau hewan. Orang Eropa atau bumiputra. Bahkan, mereka yang berpangkat sampai mereka tak punya memungkinkan jadi korban. Insiden kecelakaan maut sering diberitakan dalam koran-koran lokal.
“Seperti yang sudah dijelaskan trem uap dilaporkan punya kebiasaan menabrak pejalan kaki bahkan terkadang sampai mati. Setelah beroperasi, surat kabar yang beredar di Batavia hampir setiap pekannya mengabarkan kecelakaan yang terjadi akibat trem uap. Mulai menabrak orang hingga mati sampai bertabrakan dengan Trem Kuda. Salah satu yang menjadi korban adalah seorang tentara,” ungkap Dimas Wahyu Indrajaya dalam buku Trem di Jakarta 1869-1962 (2015).
Warga Batavia menyayangkan tingginya angka kecelakaan trem uap. Padahal, orang yang mengoperasikan trem uap berasal dari tenaga terlatih. Satu orang masinis ditemani oleh dua orang kondektur.
Warga setempat lalu menjuluki trem uap sebagai pembunuh terbesar yang berkeliaran di Kota Betawi. Etnis Betawi sendiri punya julukan sendiri terkait trem uap yang eksis hingga 1933. Mereka memplesetkan arti dari perusahaan trem uap NITM: Naik Ini Tentu Mati.
Recommended Article
News Update
Mount Lewotobi Eruption Shuts Down Four Airports, Disrupting Regi...
The Indonesian Aviation Navigation Service Provider Corporation (LPPNPI) or AirNav Indonesia’s Kupang Branch has announced that four airports on Flores Island, East Nusa Tenggara (NTT), are temporarily closed following t...
Eastern Spain Flash Floods Kill Over 200 People
Flash floods that swept Eastern Spain on Tuesday (10/29) evening and early Wednesday had killed at least 217 people with dozens still missing, said Prime Minister Pedro Sanchez on Saturday (11/2).E
Mount Lewotobi Laki-Laki Erupts, at Least 10 People Killed
Mount Lewotobi Laki in East Flores Regency, East Nusa Tenggara (NTT), erupted in the early hours of Monday, November 4, 2024, resulting in the tragic loss of 10 lives.
Indonesian Children Win International Coding Competition in South...
A team of Indonesian children emerged as champions at the 2024 Coding World Innovative Technology Challenge held from November 2-3 at Chonnam National University in Yeosu-si, South Korea.
Trending
- # Daily Update
- # Regional
- # Nasional
- # Internasional
Popular Post
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
TransJakarta Extends Operational Hours of Soekarno-Hatta Airport...
TransJakarta extended its service time until midnight for the corridor with destination to the Soekarno-Hatta International Airport, starting Wednesday (6/19).