• Monday, 18 November 2024

Dharma Pongrekun dan Cara Pandangnya: Alasan Orang Percaya Teori Konspirasi

Dharma Pongrekun dan Cara Pandangnya: Alasan Orang Percaya Teori Konspirasi
Calon Gubernur DKI Jakarta, Dharma Pongrekun yang populer karena menyebut pandemi Covid-19 bikinan elit global | ANTARA/Rivan Awal Lingga

SEAToday.com, Jakarta - Kemunculan Dharma Pongrekun sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua punya sisi menarik. Mantan Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) itu membawa kembali aroma teori konspirasi seputar pandemi Covid-19.

Dharma kini wara-wiri di berbagai talkshow. Ia mengungkapkan kembali pikirannya terkait Covid-19 konspirasi elit global. Masalahnya, bukan cuma Dharma sendiri yang berpikiran virus korona didesain elit global. Di dunia ini ada banyak orang percaya teori konspirasi. Kenapa begitu?

Tiada yang boleh meremehkan mereka yang kerap memainkan teori konspirasi. Mereka kadang kala membawa cara pandang berbeda. Biasanya latar belakang penikmat teori konspirasi tak melulu dari mereka yang berpendidikan rendah.

Banyak di antara penikmat teori konspirasi muncul dari kalangan pendidikan tinggi. Dharma Pongrekun jadi contohnya. Lulusan Akpol tahun 1988 telah jadi buah bibir sejak pandemi Covid-19 menghantam Indonesia sedari Maret 2020.

Dharma menganggap hadirnya virus dari Wuhan tak lain ‘mahakarya’ elit global. Dharma jadi orang yang kerap muncul mengingatkan masyarakat bahwa virus korona tak perlu ditakuti.

Pandemi Covid-19 yang mereda memang membuat nama Dharma ikutan tertanam. Namun, pencalonannya sebagai Cagub pada Pilgub DKI Jakarta 2024 mengubah segalanya. Ia banyak diundang ke talkshow demi mengulik pemikirannya membenahi Jakarta.

Mulanya memang begitu, tapi diskusi justru menguak kembali urusan penolakan Dharma terhadap covid-19. Ambil contoh dalam kanal Youtube Merry Riana pada 30 Oktober 2024. Urusan pencalonannya sedikit saja diulas. Merry Riana yang jadi pemandu acara tampak tertarik dengan isi kepala Dharma.

Merry mulai mengulik pemahaman Dharma seputar pandemi Covid-19. Dharma tampak semangat dengan mengeluarkan isi kepalanya. Ia menyebut istilah Covid-19 adalah akronim dari Certificate Of Vaccine Identity Digital, Viral akronim dari Virus of AllBusinessman asal katanya Busy yang berarti Being Under Satan. Semuanya berbalut teori konspirasi, alias belum tentu kebenarannya.  

“Covid, Certificate Of Vaccine Identity Digital. Artinya ibu ketika vaksin dapat sertifikat sebagai identitas digital. 19-nya apa AI yang dikontrol dengan Artificial intelligence (AI). Jadi begini kita harus belajar coding bagaimana kita punya hikmat untuk memecahkan sandi-sandinya mereka (elit global),” ujar Dharma dalam bincang-bincangnya di kanal Merry Riana, 30 Oktober 2024.

Konspirasi Seputar Covid-19

Dharma Pongrekun bukan satu-satu orang yang menganggap Covid-19 adalah agenda global. Orang-orang macam Dharma – yang percaya teori konspirasi hadir pula di belahan dunia lainnya. Mereka menganggap Covid-19 hanya bikinan elit global untuk mengontrol umat manusia.

Pandangan itu muncul karena mereka menganggap dunia sudah dikuasai elit global. Mereka sudah mengontrol seluruh informasi yang disebar ke khalayak. Hasilnya media mainstream tak dipercaya. Kehadiran informasi alternatif pun jadi tampak seksi dan memikat penikmat teori konspirasi.

Satu demi satu tokoh penikmat teori konspriasi muncul ke permukaan. Bahkan, jadi populer. Mereka mencoba menyajikan informasi yang menyakinkan, sekalipun penuh keraguan atas sumber yang dikutipnya. Cerita-cerita konspirasi bertumbuh.

Mereka yang tak puas dengan informasi di media massa tiada pilihan selain mempercayainya. Teori konspirasi pun dikemukakan secara berulang hingga membentuk pandangan sebuah kebenaran. Kelompok antivaksin yang kian bertumbuh jadi contoh nyatanya.

Mereka tak hanya anti kepada vaksin Covid-19 tapi kepada vaksin lainnya yang sudah dianggap bagian dari kuasa elit global. Kemunculan kelompok itu dianggap penanda penting kian maraknya pencinta teori konspirasi.

“Gerakan antivaksin adalah konspirasi medis yang paling sukses – gigih, menguntungkan, dan terus-menerus mampu menjaring orang-orang yang percaya meskipun ada bukti ilmiah. Gerakan ini juga merupakan lambang dari semua teori konspirasi tersebut: orang-orang terperangkap di dalamnya baik karena kesedihan atau keputusasaan, diperburuk oleh tidak adanya jawaban yang pasti dan kecurigaan tentang apakah sistem medis yang besar dan sering kali dingin,” ujar Anna Merlan dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Why We are Addicted to Conspiracy Theories, 2 Mei 2019.

Narasi itu dibuktikan dengan hadirnya ragam pandangan. Covid-19 bikinan elit global, vaksin pengontrol umat manusia, dan vaksin ajian pengurangan populasi.

Kenapa Orang Suka Teori Konspirasi

Teori konspirasi bukan sesuatu yang baru. Dulu kala teori konspirasi sudah bertebaran. Apa saja bisa jadi mengundang konspirasi. Semuanya bermuara pada terbatasnya akses informasi macam isu penyihir. Ketiadaan pilihan pun membuat khalayak dengan mudah menyerap pandangan berbalut konspirasi.

Antropolog dari Universitas Negeri Makassar, Dimas Ario Sumilih angkat bicara. Ia menganggap penikmat teori menikmati bagaimana rasa eksklusif dengan akses informasinya. bedanya dulu informasi terbatas, kini banjir informasi. Surplus berita terjadi dan seragam.

Kelebihan berita membuat informasi yang tersebar justru jadi simpang siur. Mereka merasa akses kebenaran jadi kain sulit. Alhasil kala sebuah informasi berbalut konspirasi muncul langsung digemari. 

Mereka yang menggemarinya tak memiliki batas. Mereka yang punya pendidikan tinggi atau biasa saja dapat jadi suka teori konspirasi.

“Adanya naluri kognitif untuk melihat pola kaitan dan gejala yg ada dalam suatu peristiwa. Dorongan rasa eksklusivitas atau ingin menunjukkan eksistensi diri yg eksklusif seolah dirinya atau kelompoknya memiliki pengetahuan rahasia yg tidak dimiliki oleh orang atau kelompok lainnya. Pandangan konspirasi dapat memberikan kepastian dan kontrol di tengah situasi ketidakpastian atau peristiwa yg sulit dipahami,” ujar Dimas Ario Sumilih daat dihubungi SEAToday, 10 November 2024.

Pada akhirnya, teori konspirasi memang memberikan alternatif pandangan. Namun, ketiadaan akses informasi pendukung jadi melemahkannya. Kondisi itu membuat orang justru bisa masuk jebakan kesalahan. Bahkan, bisa berujung kepada kematian.

Mereka tak mau menaati aturan pemerintah. Tidak pakai masker dan tidak mau divaksin. Gerakan antivaksin pun mau tak mau memakan korban jiwa lebih banyak. Semuanya karena mereka menyerap informasi yang tak jelas juntrungannya.

Share
News Update
2 Tourism Villages in Indonesia Receive Best Tourism Villages 2024 Award from UN Tourism

2 Tourism Villages in Indonesia Receive Best Tourism Villages 2024 Award from UN Tourism

State Presence in Papua: Ensuring Indigenous Land Rights for Grow...

The Indonesian Ministry of Agrarian Affairs and Spatial Planning/National Land Agency (ATR/BPN) has officially recognized the communal lands of indigenous Papuans, particularly in Jayapura Regency, by issuing certificate...

Bali Airport: 90 Flights Canceled in a Day Due to Eruption

The canceled domestic flights included 13 departures and 13 arrivals, impacting routes such as Labuan Bajo with four departures and four arrivals, Jakarta with four departures and four arrivals, Lombok with three departu...

US President-Elect Donald Trump Appoints Elon Musk to Lead Govern...

US president-elect Donald Trump has appointed SpaceX founder Elon Musk (@elonmusk) to lead the Government Efficiency Department.

President Prabowo Meets President Joe Biden to Mark 75th Annivers...

Indonesian President Prabowo Subianto held a bilateral meeting with US President Joe Biden at the White House in Washington DC on Tuesday (11/12).

Trending